MAKALAH PSIKOLOGI STUDI ISLAM
Tentang
KONVERSI AGAMA
DOSEN PEMBIMBING :
Nelmi Hayati, MA
Disusun Oleh
Kelompok IX :
1.
Rahmad Husein Lubis
2.
Nur Sakiah
3.
Nafsiah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
(STAIN MADINA)
T.A 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia
hidup di dunia tidak lepas dari masalah kehidupan. Ada yang bahagia, maupun
menderita, dan ada yang miskin dan adapula yang kaya. Dari perbedaan masalah
tersebut terkadang menyebabkan seseorang mengalami kegoncangan batin, bahkan
terkadang merasa putus asa. Untuk itu manusia akan mencoba atau berusaha untuk
mencari pegangan atau ide baru, dimana disitu dia bisa merasakan ketenangan
jiwa.
Dampak yang
paling menonjol dari modernitas adalah keterasingan (alienasi) yang dialami
oleh manusia. Alienasi muncul dari cara pandang dualisme, yaitu: jiwa-badan,
makhluk-Tuhan, aku-yang lain, kapitalis-proletar. Akhirnya terjadilah
gejala reifikasi atau pembedaan antar sisi dari dualitas tersebut. Ini disebut
pula objektivikasi, yaitu manusia memandang dirinya sebagai objek, seperti
layaknya sebuah benda.
Jika Anda
membayangkan bahwa Anda terasing dengan orang-orang di sekitar Anda, mungkin
Anda bisa mengalihkannya dengan sibuk dengan diri sendiri. Tetapi, bagaimana
jika Anda terasing dengan diri Anda sendiri? Degradasi moral sering terjadi
karena manusia tidak mampu mengatasi penyakit jiwa manusia modern ini.
Narkotika, seks bebas, bahkan bunuh diri sering menjadi pelarian. Hidup
tampaknya menjadi tidak berarti lagi. Mereka yang tertolong atau segera
menemukan pencerahan dari kekelaman jiwa ini akan bangkit dan memeluk suatu
keyakinan yang baru. Suatu keyakinan yang akan membuat hidupnya terasa lebih
berarti, hidup yang bertujuan, yaitu kembali kepada Tuhannya. Terjadilah pembalikan
arah, atau konversi. Dalam bahasa agama disebut pertobatan (taubat,
metanoia). Konversi agama secara umum dapat diartikan dengan berubah agama
ataupun masuk agama. Konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau
perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam
sikap terhadap ajaran dan tindakan agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi,
konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba ke arah
mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat
mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara
berangsur-angsur.
Dari
definisi tersebut dapat dibayangkan betapa sukarnya mengukur dan meneliti fakta
konversi tersebut. Sama halnya dengan fakta-fakta psikis lainnya. Kita tidak
dapat meneliti secara langsung proses terjadinya konversi tersebut, dan keadaan
jiwa apa yang memungkinkan terjadinya peralihan keyakinan secara mendadak itu.
Oleh karena
itu, pada makalah ini kami akan membahas atau menguaraikan
masalah tentang Konversi Agama.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian konversi agama ?
2.
Apa saja faktor penyebab terjadinya konversi
agama ?
3.
Bagaimana contoh nyata orang yang mengalami konversi
agama ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyebab Konversi Agama
Konversi
agama menurut etimologi konversi berasal dari kata lain
“Conversio” yang berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata
tersebut dipakai dalam kata Inggris Conversion yang mengandung
pengertian: berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change
from one state, or from one religion, to another).
Berbagai
ahli berbeda pendapat dalam menentukan faktor yang menjadi pendorong
konversi. Di antara para ahli tersebut adalah:
1.
Menurut William James William James dalam
bukunya The Varieties of Religious Experience dan Max Heirich dalam
bukunya Change of Heart menguaraikan pendapat dari para ahli yang terlibat
dalam disiplin ilmu, masing-masing mengemukakan pendapat bahwa konversi
agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang
mereka tekuni.
a.
Para ahli agama mengatakan bahwa yang menjadi faktor
pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh
supernatural berperanan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama
pada diri seseorang atau kelompok.
b.
Para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang
menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial
yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor
lain:
1)
Pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang
bersifat keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang
kebudayaan).
2)
Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat
mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan
seacara rutin hingga terbiasa, misalnya: menghadiri upacara keagamaan, ataupun
pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal, ataupun nonformal.
3)
Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang
dekat, misalnya: karib, keluarga, dan family
4)
Pengaruh pemimpin keagamaan.
5)
Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.
6)
Pengaruh kekuasaan pemimpin.
c.
Para ahli psikolog berpendapat bahwa yang menjadi
pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang
ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila
mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan
batin , maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin.
Yang dapat dikategorikan sebagai faktor intern antara
lain:
1)
Kepribadian.
Secara psikologis tipe kepribadian tertentu akan
mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Dalam penelitian William James ditemukan
bahwa tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat
menyebabkan terjadinya konversi dalam dirinya.
2)
Pembawaan.
Menurut penelitian Guy E. Swanson ditemukan semacam
kecenderungan urutan kelahiran yang mempengaruhi konversi agama. Anak sulung
dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin. Sementara anak yang
dilahirkan pada urutan tengah atau antara sulung dan bungsu sering mengalami
stres jiwa.
Sedangkan yang termasuk dalam faktor
ekstern antara lain:
a)
Faktor keluarga, kerekatan keluarga, ketidakserasian,
berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum
kerabat. Kondisi demikian menyebabkan batin seseorang akan mengalami tekanan
batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan
tekanan batin yang menimpa dirinya.
b)
Faktor lingkungan tempat tinggal. Yang termasuk
dalam faktor ini adalah ketersaingan dari tempat tinggal atau tersingkir dari
kehidupan di suatu tempat yang menyebabkan seseorang hidupnya sebatang kara.
c)
Perubahan status. Perubahan status yang dimaksud
dapat disebabkan oleh berbagai macam persoalan, seperti: perceraian, keluar
dari sekolah atauperkumpulan dan lain sebagainya.
d)
Kemiskinan. Masyarakat awam yang
miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan dunia yang
lebih baik.
2.
Menurut Sudarno, selain faktor-faktor di atas, ia
menambahkan empat faktor pendukung, yaitu:
a.
Cinta
b.
Pernikahan
c.
Hidayah
B.
Contoh Kasus Konversi Agama
Untuk
memberikan gambar yang nyata dan mendalam mengenai proses konversi agama, kami
akan mengemukakan beberapa contohnya, yakni:
Lie A Jang dan Zainab merupakan keluarga hasil kawin campuran. Si suami
berasal dari keluarga Cina peranakan, sedangkan isteri berasal dari Cirebon.
Masyarakat kampong tidak mengetahui secara rinci, bagaimana keluarga itu
terbina, sebab keduanya dalah pendatang. Mereka diterima dilingkungan ini,
karena keduanya menunjukkan sikap yang baik.
Dalam pergaulan penduduk setempat , si suami sudah akrab dengan panggilanAjnag ,
yang oleh anak-anak dan remaja disapa dengan Uwak Ajang. Demikian
pula, si isteri akrab dengan panggilan Uwak Jen (mungkin
kependekan dari Jenab). Keluarga itu sendiri tidak dikaruniai anak. Maka untuk
mengatasi kesunyian , pernah mencoba mengambil anak familinya dari kampong
asal. Namun, tidak bertahan lama. Akhirnya , keluarga itu kembali hidup berdua
seperti sebelumnya.
Menurut para tetua kampong, keluarga itu sudah cukup lama menetap, yaitu
sejak suaminya diterima menjadi pegwai diperusahaan tambang timah setempat.
Tenaganya di butuhkan , tapi karena buta aksara, ia ditugaskan sebagai pembantu
rumah tangga merangkap “tukang kebun”. Tempat tugas tetapnya menguru rumah
dinas pejabat perusahaan. Sejak perusahaan masih dipegang oleh Belanda, hingga
ke bangsa sendiri setelah merdeka, tugas sebagai tungang kebun dan pembantu
rumah tangga tak pernah beralih. Namun, tampaknya ia mampu menakar kemampuan
diri dan menyenangi pekerjaan itu yang dilakoninya hingga pensiun.
Sebagai masyarakat dikampung itu pergaulan Ajang seakan terbatas. Dalam
upacara-upacara agama, ia tak mungkin turut serta, walaupun setiap hari lebaran
para tetangga mengundan dan mengunjungi rumahnya. Di keluarga sendiri, Ajang
dan isterinya tampak sudah mangubah kebiasaan hariannya. Selama berada
dilingkungan tersebut, keluarga ini idak mengkonsumsi makanan dan minuman yang
diharamkan Islam. Padahal agama yang dianut kedua suami isteri itu sendiri tidak
jelas.
Hidup di tengah-tengah masyarakat muslim dalam waktu yang cukup lama,
tampaknya belum mampu mengubah keyakinan agama Ajang. Menurut pengakuannya ,
selama itu ia sama sekali tidak tertarik untuk beralih agama. Baginya yang
penting dapat diterima masyarakat dan diterima dalanm pergaulan. Prinsip itu
pula yang ia lakoni selama berada dilingkungan masyarakat kampung.
Namun , prinsip hidup yang sudah dipertahankannya itu akhirnya luntur juga.
Dalam pengakuannya setiap tahun perasaannya selalu tersentuh oleh lantunan
suara takbir. Saat-saat seperti itu ingatan kepada orang tua dan sanak
familinya yang sudah entah dimana menjadi demikian rentannya. Tak terasa dalam
kesendirian secara tak sadar air matanya menetes. Pengalaman batin yang seperti
itu , selalu kembali selama tahun-tahun kehidupannya di kampung itu.
Sebagai keputusan akhir ia pun berupaya mengadukan keluhan batinnya kepada
pemuka agama setempat, menyatakan dirinya untk masuk Islam. Pada usia yang
sudah setengah baya, ia pun beralih agama , dengan nama baru yaitu Bujang.
Sebagai pengiring, setelah upacara peresmian pindah agama, proses perkawinan
keduanya pun dikukuh ulang.
Semua pengalaman keagamaan tu menurut pengakuan yang bersangkutan
ikut memberi ketenangan batin. Rasa keasingan yang dialami sebelumnya serta
merta lenyap. Pada waktu-waktu shalat ia berusaha untuk hadir dilanggar
bersama-sama penduduk. Dirinya seakan hidup kembali dalam suasana baru. Hingga
meninggal ajang tetap setia dengan ajaran agama yang menjadi pilihan akhirnya.
Barangkali , cukup banyak kasus yang menyangkut konversi agama ini. Namun
demikian menurut kajian psikologi agama, terjadinya perubahan arah tersebut
takkan lepas dari penyebab utamanya, yaitu karena petunjua (Hidayat Ilahi),
akibat penderitaan batin ataupu pilihan sendiri setelah malalui pertimbangan
yang masak. Di awal-awal terjadinya perubahan itu, setiap diri merasakan
kegelisahan batin. Sulit untuk menentukan secara spontan mana yang harus
diikuti.
Kesulitan seperti itu adalah wajar, karena agam sebagai keyakinan
menyangkut sisi-sisi kehidupan batin seseorang yang berkaitan dengan nilai.
Bagi manusia ,nilai adalah sesuatu yang dianggap benar dan menyangkut pandangan
hidup. Oleh karena itu, selain peka, nilai juga merupakan sesuatu yang perlu
dipertahankan oleh seseorang. Bahkan, pada tingkat yang paling tinggi pemeluk
keyakinan itu rela mempertaruh nyawa , demi mempertahankan nilai itu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konversi
agama adalah merupakan suatu tindakan di mana seseorang atau sekelompok orang
masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku ke sistem
kepercayaaan yang lain. Starbuck sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard
Splika membagi konversi menjadi 2 (dua) macam, yaitu: type valitional (perubahan
secara bertahap) dan Ttype self surrender (perubahan
secara drastis).
Faktor
penyebab konversi agama adalah pertama faktor intern meliputi: kepribadian,
emosi, kemauan, konflik jiwa, kebenaran agama, hidayah. Kedua faktor ekstern
meliputi: faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pengaruh hubungan tradisi
agama, cinta, dan pernikahan.
B.
Saran-saran
Demikianlah makalah ini kami buat.
Apabila ada kesalahan baik dalam penjelasan maupun dalam penulisan, kami minta
maaf. Kami mengharap kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi sumber
rujukan sehingga menjadikan apa yang kami buat ini lebih baik di masa
mendatang. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Agama, Departemen. 2000. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Bandung: Diponegoro
Daradjat, Zakiah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:
Bulan Bintang
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Raharjo. 2002. Pengantar Ilmu Jiwa
Agama. Semarang: Pustaka Rizki Putra
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Daradjat, Zakiah.
2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Hal 89
Jalaluddin. 2005. Psikologi
Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 96
Raharjo. 2002. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang:
Pustaka Rizki Putra. Hal 134