MAKALAH
DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN
Tentang
ALAT PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
Kelompok X
1. Rosiah Nst
2. Elida Hamni
3. Yusna Dewi
Dosen Pembimbing :
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
STAIN
MADINA
T . A 2019
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Dengan perkembangan zaman di
dunia pendidikan yang ters berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah
pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modren.
Di dalam undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan negara. sedngkan menurut Trianto pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangan (Trianto,
2010) . dari pandangan di atas dapatlah kita ketahui bahwa pendidikan itu pada
hakikatnya mengembangkan potensi-potensi manusia kearah yang lebih yang baik,
baik dari segi pengetahuan, keahlian dan juga nilai-nilai pada dirinya.
Hal tersebut sangat berpengaruh
dalam kemajuan pendidikan di indonesia, menyikapi hal tersebut pakar-pakar
pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang
sebenarnya untu mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Sebagaimana
tercantum di dalam sistem pendidikan nasional pasal 3 bahwa:
pendidikan nasional berfungsi mengebangkan kemamuan dan membentuk watak serta
peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertagwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa:
1.
Pendidikan adalah usaha yang
terencana dan bukan asal-asalan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan
anatara guru dan murid mempunyai tujuan yang jelas.
2.
Pendidikan bukan hanya untuk
memperoleh hasil saja tetapi bagaimana cara untuk memperoleh proses dan hasil
sehingga dapat mengembangkan potesi manusia secara keseluruhan.
Dari beberapa pengertian
pendidikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan
anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam
melaksanakan hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.[1]
- Peserta
Didik
Peserta didik dalam arti luas
adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat
sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah
(Sinolonga, 1997), dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
Di dalam UUD Pendidikan No. 20
Tahun 2003 tentang peserta didik dalam pasal 12 menyatakan bahwa:
a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama.
b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
c. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya yang tidak
mampu membiayai pendidikannya.
d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya.
e. Pindah keprogram pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain
setara.
f. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing dan tidak menympang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
2.
Setiap peserta didik berkewajiban:
a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
kebrhasilan pendidikan.
b. Ikut menanggung biaya peyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta
didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan dalam wilayah negara kesatuan repuplik indonesia.
d. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dan 2 adan ayat 3 diatur lebih lanjut dengan pereturan
pemerintahan.
Jadi, kedudukan peserta didik
merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran. Yang perlu anda pahami sebagai guru kelas SD adalah pemahaman dan
perlakukan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan.
Menurut Semiawan, konsep peserta didik sebagai suatu totalitas sekurangnya mengandung
tiga pengertian.
Pertama, peserta didik adalah makhluk
hidup (organisme) yang merupakan suatu
kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat didalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdaat dalam diri peserta didik sabagai
individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara satu bagian dengan bagian
lainnya.
Kedua, keseluruhan aspek fisik dan
psikis tersebut memiliki hubungan yang saling
terjalin satu sama lain, jika salah satu aspek mengalami gangguan misalnya
sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga terganggu (rewel, cepat marah, dan
lain-lain).
Ketiga, peserta didik usia SD/MI
berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara
fisik, tetapi juga secara keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa,
tetapi anak adalah manusia yang dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan
manusia biasa. Sinolongan mengemukakan berarti menusia termasuk peserta didik
yang merupakan :
1. Makhluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan tuhan atas dirinya
dan alam lingkungan sekitarnya.`
2. Makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berintegrasi dan saling
mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia.
3.
Makhluk individual yangmemiliki
keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan kepribadian, dll), yang
membedakannya dari individu lain. Jadi, dalam mempelajari dan memperlakukan
peserta didik, termasuk peserta didik, usia SD/MI hendaknya dilakukan secar
utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai suatu kesatuan
yang unik, yang terkait satu dengan yang lainnya.[2]
- Kecerdasan
Kecerdasan adalah kekuatan akal
seseorang dan itu jelas-jelas sangat penting bagi kehidupan manusia karena
merupakan aspek bagi keseluruhan kesejahteraan manusia.
Jadi kecerdasan adalah kapasitas seseorang
untuk:
1. Memperoleh pengetahuan (yakni belajar dan memahami)
3. Melakukan penalaran abstrak
Sedangkan menurut C. George Boeree, membagi
macam-macam kecerdasan menjadi 3 yaitu:
1. Kecerdasan verbal, numerik, spasial, penalaran, kelancaran, kecepatan
perseptual.
2.
Kecerdasan fluida vs
terkristalisasi (Cattel)
3.
Kecerdasan lingguistik, musikal,
logis-mathematis, spasial, kinestetik, intrapersonal, dan kecerdasan
interpersonal (Gardner) George Boeree C, 2008).
Sedangkan menurut Semiawan dalam
konsep intelegensi yang dikutip dari pedapat gardner di dalam bukunya yang
berjudul Frames Of Mind memaparkan
sembilan jenis intellegensi yang menunjukkan kompetensi intelegtual yang
berbeda-beda sebagai berikut.
1.
Intellegensi Linguistik yaitu
kemampuan untuk membaca, menulis dan berkomunikasi.
2.
Intellegensi Logis-Matematis
yaitu kemampuan untuk brfikir logis, dan menghitung.
3.
Intellegensi Visual-Spatial yaitu
kemampuan untuk berfikir melalui gambar , memvisualisasi hasil masa depan,
mengimaginasikan sesuatu dengan penglihatan.
4.
Arsitek, artis, pemahat, pemotret
dan perencana strategik adalah mereka yang memiliki intelegensi ini. Kemampuan
ini digunakan untuk menentukan arah.
5.
Intellegensi Musical yaitu
kemampuan untuk mengkomposisikan musik, menyanyi dan menghargai musik, memiliki
kepekaan untuk irama.
6.
Intelegensi Kinestetis Badan
yaitu kemampuan untuk menggunakan badan secara terampil, mengatasi masalah,
menghasilkan prestasi seperti para atlit, penari, actor
7.
Intellegensi Interpersonal sosial
yaitu kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang lain, memiliki empati
dan pengertian, mengahayati motivasi dan tujuan seseorang. Guru, politisi, dan
pemimpn agama.
8.
Intellegensi Intrapersonal, yaitu
kemampuan untuk analisis diri dan refleksi dan kemampuan untuk menilai
keberhasilan orang lain, memahami diri, seperti ahli filsafat, konselor, yang
memiliki intellegensi tersebut.
9.
Intellegensi Natural, yaitu
kemampuan mengenal kembali flora dan fauna dan mencintai alam, seperti dalam
ilmu biologi (Conny R. Semiawan, 1999).
Dari sembilan intellegensi di atas,
dapat disimpulkan bahwa tidak seluruh kemampuan otak tersebut dimanfaatkan.
Pada eskalasi dalam belajar pada setiap umur, dan yang paling utama pada umur
ia berada pada perguruan tinggi, menunjukkan bahwa kemampuan secara optimal
menuntut penggunaan kemampuan otak secara maksimal sekaligus, melalui kombinasi
unik semua intellegensi tersebut.[3]
Karena kehidupan intelegtual
adalah ekspresi maka kemampuan otak dan jangan hanya dilihat dari produk dan
kinerjanya melainkan juga dari proses dan strukturnya, bahwa otak tidak tumbuh
dan berkembang saja, tetapi mengorganisasikan dirinya.
Dengan demikian, IQ memegang
peranan penting di dalam proses pembelajaran sebab hal ini akan memudahkannya
di dalam belajar seperti penguasaan bahannya akan lebih cepat dan banyak.
Umumnya terlihat mulai pada usia 3 tahun yaitu dimana saat itu mulai banyak
mengucapkan kata-kata, jadi tinggi rendahnya IQ anak dipengaruhi oleh
faktor-faktor dibawah ini:
1. Faktor genetik
Menurut hasil penelitian,
kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Untuk itu, tidak
heran jika ayah ibu yang cerdas, akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula,
bahkan kini di luar negeri terdapat bank sperma dari para donor pria-pria
jenius (A, Setiono Mangoenprasodjo, 2005).
Artur Jensen mengemukakan
pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan (diturunkan). Ia juga mngemukakan
bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan.
Dia telah melakukan beberapa penelitian tentang kecerdasan, diantaranya ada
yang membandingan tentang anak kembar yang berasal dari satu telur (idential
tuins) dan yang dari dua telur (praternal tuins). Identical hvins memiliki
genetik dan identik karena itu kecerdasan (IQ) seharusnya sama. Praternal tuins
pada anak sekandung genetiknya tidak sama karena itu IQ nyapun tidak sama.
Menurut Jensen bilapengaruh lingkungan lebih penting pada identical tuins yang
dibesarkan pada dua lingkungan yang berbeda, seharusnya menunjukkan IQ yang
berbeda pula.
Kajian pada hasil penelitian menunjukkan bahwa
identical tuins yang dibesarkan pada dua lingkungan yang berbeda korelasi
rata-rata IQ-nya 82. Dua saudara kandung yang dipelihara pada dua lingkungan
yang berbeda korelasi rata-rata IQ nya, 50.
Banyak ahli-ahli mengkritik
Jensen salah seorang diantaranya mengkritik tentang defenisi kecerdasan itu
sendiri. Menurut Jensen IQ yang diukur dengan tes kecerdasan yang baku
merupakan indikator kecerdasan yang baik. Kritik dari ahli lain bahwa ts IQ
hanya menyentuh sebagian kecil saja dari kecerdasan. Cara individu memecahkan
masalah sehari-hari penyesuaian dirinya terhadap lingkungan kerja dan
lingkungan sosial, merupakan aspek-aspek kecerdasan yang penting dan tidak
terukur oleh tes kecerdasan baku yang digunakan oleh Jensen. Kritik kedua
menyatakan bahwa kebanyakan penelitian tentang keturunan dan lingkungan tidak
mencakup lingkungan-lingkungan yang berbeda secara radikal. Karena itu tidaklah
mengherankan bahwa studi tentang genetik menunjukkan bahwa lingkungan mempunyai
pengaruh yang lemah terhadap kecerdasan. Kecerdasan memang dipengaruhi oleh
keturunan tetapi kebanyakan ahli perkembangan bahwa pengaruh itu berkisar hanya
50%.
Gizi yang baiksangat penting
untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat ibu hamil dan juga pada
waktu bayi, yaitu pada saat sel-sel otak sedag tumbuh dengan peasatnya.
Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat kekurangannya jumalh
sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal itu tentu saja akan mempengaruhi
kerja otak tersebut dikemudian hari.
3. faktor lingkungan
Lingkungan yang baik adalah
lingkungan yang dapatmemberikan kebutuhan mental bagi si anak. Kebutuhan mental
meliputi kasih sayang, rasa aman, pengertian, perhatian, penghargaan, serta
rangsangan intelegtual. Kekurangan rangsangan intelegtual pada masa bayi dan
balita, dapat menyebabkan hambatan pada perkemnbangan kecerdasannya. Hal itu
sering terjadi pada bayi-bayi yang ditinggal dipanti asuhan. Untuk itu, menjadi
kewajiban orag tua menciptakan lingkunan keluarga yang kondusif untuk merangang
intelegtual si anak dalam rangka mengasah IQ nya. Misalnya menyediakan
buku-buku pengetahuan atau peralatan yang menarik minat si anak.[4]
b. Temperamen
Temperamen adalah gaya prilaku
karakteristik individu dalam merespons. Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik
mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan,
kaki dalam mulutnya dengan keras sebagian lagi leih tenang, sebagian anak
menjelajahi lingkungannya dengan giat pada waktu yang lama dan sebagian lagi
tidak demikian. Sebagian bayi merespons orang lain dengan hangat, sebagian lagi
pasif dan acuh tak acuh. Gaya-gaya prilaku tersebut di atas menunjukkan
temperamen seseorang menurut Thomas dan Chas ada tiga tipe dasar temperamen
yaitu mudah, sulit, dan lambat untuk dibangkitkan:
1.
Anak yang mudah pada umumnya
mempunyai suasana hati yang positif dan dapat dengan cepat membentuk kebiasaan
yang teratur, serta dengan mudah pula menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.
2.
Anak yang sulit cenderung untuk
bereaksi secara negatif serta sering menangs dan lambat untuk menerima
pengalaman-pengalaman baru.
3.
Anak yang lambat untuk
membangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah, kadang-kadang negative
dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
Beberapa ahli perkembangan,
termasuk Chess dan Thomas, berpendapat bahwa temperamen adalah karakteristik
bayi yang baru lahir dan akan dibentuk dan dimodifikasi oleh
pengalaman-pengalaman anak pada masa berikutnya. Para peneliti menemukan bahwa
indeks pengaruh lingkungan terhadap temperamen sebesar 50 % sampai 60, ini
menunjukkan lemahnya pengaruh tersebut.
Kekuatan pengaruh ini biasanya
menurun saat anak itu menjadi lebih dewasa. Menetap atau konsisten tidaknya
temperamen bergantung kepada kesesuaian antara anak dan orang tuanya. Orang tua
mempengaruh anak tetapi anakpun mempengaruhi orang tua. Orang tua dapat
menjauhi anaknya yangg sulita atau mereka dapat menegur dengan menghukumnya,
hal ini akan menjadikan anak yang sulit menjadi lebih sulit lagi. Orang tua
yang luas dapat memberi pengaruh yang menenangkan terhadap anak yang sulit atau
tetap menunjukkan kasih sayang walau anak menjauh atau keras kepala.
Dengan singkat dapat dikatakan
bahwa keturunan mempengaruhi temperamen. Tingkat pengaruh ini bergantung pada
respons orang tua terhadap anak-anaknya dengan pengalaman-pengalaman masa kecil
yang ditemui dalam lingkungan.
C. Pendidik
Guru adalah salah satu komponen
manusia dalam komponen belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Hal ini
sejalan dengan defenisi yang di ungkapkan oleh Ece Wijaya mendefenisikan
pengertian guru, guru ialah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar
mengajar. Oleh karena itu guru harus betul-betul
membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai.
Guru harus mampu mempengaruhi isswanya. Guru harus berpandangan luas dan
kriteria sebagai seorang guru ialah haus memiliki kewibawaan (Cece Wijaya,
dkkk, 1992).
Oleh karena itu guru yang
merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif
dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntunan
masyarakat yang semangkin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa
pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya
pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru
tidak semata - menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan belajar,
berkaiatan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat
kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan
siswa/anak didik ketaraf yang dicita-citakan. Karena itu, setiap rencana
kegiatan guru harus dapat di dudukkan dan dibenarkan semata-mata demi
kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.[5]
Untuk dapat melakukan peranan dan
tugas serta tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu. Adapun
syarat-syarat menjadi guru itu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok
yaitu:
1.
Persyarat Administrasi
Syarat-syarat administrasi ini antara lain
meliputi: soal kewarganegaraan (waraga indonesia), umur (sekurang-kurangnya 18
tahun), berkelakuan baik, mengajukan permohonan.
2.
Persyaratan Teknis
Dalam persyaratan teknis ada yang bersifat normal,
yakni harus berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa
seseorang yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar
kemudian
syarat-syarat yang lain adalah menguasai cara dan
teknis mengajar, terampil mendesain program serta memiliki motivasi dan
cita-cita memajukan pendidikan pengajaran.
3.
Persyaratan Psikis
Yang berkaiatan dengan kelompok persyaratan psikis,
antara lain: sehat rohani, dewasa dalam berfikir dan bertindak, mampu
mengendalikan emosi, sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan,
konsekuen dan berani bertanggung awab, berani berkorban dan memiliki jiwa
pengabdian. Di samping itu, guru juga dituntut untuk bersifat pragmatis dan
realistis, tetapi juga memiliki pandangan yang mendasar dan juga filosofis.
Guru harus juga mematuhi norma dan nilai yang berlaku serta memiliki semangat
membangun. Inilah pentingnya bahwa guru itu harus memiliki panggilan ahti
nurani untuk mengabdi demi anak didik.
4.
Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik ini antara lain meliputi:
berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mungkin menganggu pekerjaannya,
tidak memiliki gejala-gejala penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini
juga menyangkut kerapian dan kebersihan, termasuk bagaimana cara berpakaian.
Sebab sebagaimanapun juga guru akan selalu dilihat/diamati dan bahkan dinilai
olehpara siswa/anak didik (Sardiman A,M, 2004).
Sehubungan dengan
persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pengajar, maka
diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan
senantiasa mengambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagi
interaksinya baik dengan siswa terutama, sesama guru, maupun dengan staf yang
lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang
sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian
dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar
mengajar dan berintegrasi dengan siswanya. Hal ini sejalan dengan konsep yang
dikemukakan oleh oleh Uzair Usman antara lain disebutkan bahwa guru merupakan
pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan,
partisipan, superpisor, motivator, penanya, evaluator dan konselor (Moh Uza
Usman, 1998).[6]
KESIMPULAN
Adapun esensi manusia itu adalah
sebagai makhluk ciptaan Allah, dia bukanlah makhluk yang ada dan bereksitensi
dengan sendirinya, dan di dalam diri manusia itu terdapat beberapa unsur yaitu
unsur al-jism dan al-ruh atau fisik dan psikis dengan kata jasmani dan rohani.
Nah, jasmani dan rohani sama-sama memiliki daya yang merupakan sebagai bentuk
apresiasi Allah terhadap manusia, karena dengan itulah manusia akan bisa
berbeda dengan makhluk yang lainnya, misalkan binatang, syetan, malaikat,
tumbuhtumbuhan dan sebagainya. Kemudian dengan pemberian potensi-potensi itu
baik potensi jasmani maupun rohani semuanya sebetulnya pemberian Allah agar
manusia itu tidak terlalu mudah untuk melupakan kesaksian yang pernah ia
proklamirkan di alam arwah. Karena tujuan manusia itu diciptakan bukanlah
sesuatu yang sia-sia belaka, tapi manusia diciptakan untuk mengabdi kepada
Allah dan membesarkan-Nya. Sehingga dengan potensi itulah manusia akan mampun
untuk memenuhi itu semua. Kemampuan untuk itu tentu tidak hanya bisa berdiri
sendiri tapi haruslah ada bantuan dari orang dewasa, atau bahasa yang lebih
teknis pendidikan. Dengan pendidikan inilah peserta didik ditempa, baik ia
jasmani mapun rohaninya agar semuanya bisa aktif untuk membesarkan dan
mengagungkan Allah semata-mata. Dengan demikian hakikat peserta didik itu
adalah individu yang membutuhkan bantuan agar mereka dapat mengenal Allah yang
menciptakan mereka, sehingga mereka dalam setiap aktivitasnya senantiasa selalu
berada di jalan Allah yang dirihdoi.
Ahmadi,
Abu dan Uhbiyati, Nur. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hafid,
Anwar dkk., 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Mahmud.
2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Nasution, Harun.
1989. Islam Rasional. Jakarta: Mizan
Jalaluddin.
2013. Teologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Roqib.
Moh., 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yokyakarta: LkiS.
Supriono,
Widodo. 1996. Filsafat Manusia dalam Islam, Reformasi Filsafat Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
.
[3] Mahmud. 2011.
Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Nasution, Harun. 1989.
Islam Rasional. Jakarta: Mizan
[5] Roqib. Moh.,
2009. Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat. Yokyakarta: LkiS.
[6] Supriono, Widodo.
1996. Filsafat Manusia dalam Islam, Reformasi Filsafat Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.